Menurunnya Tingkat Minat Unit Kegiatan Mahasiswa Setelah COVID



Pandemi COVID-19 telah membawa dampak besar pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Salah satu fenomena yang mencolok adalah menurunnya minat mahasiswa terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) setelah era pandemi. Sebagai wadah pengembangan minat, bakat, dan keterampilan mahasiswa, UKM mengalami tantangan besar untuk kembali menarik minat anggotanya pasca transisi dari pembelajaran daring ke luring.

Kebiasaan berbasis daring menjadi salah satu penyebab utama. Selama pandemi, mahasiswa terbiasa dengan aktivitas yang dilakukan secara daring. Interaksi langsung yang menjadi ciri khas UKM tergantikan oleh pertemuan online, yang sering kali dianggap kurang menarik dan tidak seefektif kegiatan tatap muka.

Penurunan motivasi sosial juga menjadi faktor penting. Isolasi sosial selama pandemi membuat banyak mahasiswa kehilangan dorongan untuk berinteraksi dengan orang baru atau bergabung dalam kegiatan organisasi. Ketidaknyamanan untuk kembali bersosialisasi menjadi tantangan yang sulit diatasi.

Fokus pada akademik juga meningkat. Dengan terganggunya proses pembelajaran selama pandemi, banyak mahasiswa memilih untuk lebih fokus mengejar ketertinggalan akademik daripada mengikuti kegiatan non-akademik seperti UKM.

Keterbatasan dana dan sumber daya turut memengaruhi. Beberapa UKM mengalami kesulitan dalam menghidupkan kembali kegiatan mereka akibat keterbatasan dana atau keanggotaan yang menurun drastis. Hal ini memengaruhi kualitas kegiatan yang ditawarkan, sehingga minat mahasiswa pun menurun.

Penurunan pengembangan diri mahasiswa menjadi salah satu dampak utama. UKM sering menjadi sarana untuk melatih soft skills, seperti kerja sama tim, kepemimpinan, dan manajemen waktu. Penurunan minat terhadap UKM dapat berdampak pada kurangnya pengembangan keterampilan tersebut.

Turunnya solidaritas mahasiswa juga menjadi konsekuensi nyata. UKM berperan dalam membangun rasa kebersamaan dan solidaritas antar mahasiswa. Jika keanggotaan dan partisipasi menurun, solidaritas tersebut berpotensi melemah.

Kehilangan tradisi kampus juga dapat terjadi. Banyak UKM yang memiliki tradisi atau acara tahunan khas. Jika UKM tidak aktif, tradisi ini dapat terhenti dan mengurangi identitas budaya kampus.

Inovasi dalam kegiatan menjadi kunci. UKM perlu beradaptasi dengan kondisi baru dengan menawarkan kegiatan yang relevan dan menarik, seperti hybrid events yang menggabungkan format daring dan luring.

Promosi yang lebih kreatif juga penting dilakukan. Menggunakan media sosial secara aktif untuk mempromosikan kegiatan UKM dapat menarik perhatian mahasiswa. Konten menarik seperti video, infografis, atau cerita pengalaman anggota juga bisa digunakan untuk meningkatkan daya tarik.

Kolaborasi antar UKM dapat menjadi cara efektif untuk memperluas jangkauan peserta dan memberikan pengalaman yang lebih beragam.

Dukungan dari kampus sangat dibutuhkan. Perguruan tinggi perlu memberikan dukungan penuh, baik dalam bentuk pendanaan maupun fasilitas, untuk membantu UKM bangkit kembali. Selain itu, kampus juga dapat mengintegrasikan UKM dalam kurikulum melalui skema poin kredit ekstrakurikuler.

Penurunan minat terhadap UKM pasca COVID adalah tantangan yang membutuhkan solusi kolaboratif dari semua pihak, termasuk mahasiswa, pengurus UKM, dan pihak kampus. Dengan inovasi, adaptasi, dan dukungan yang tepat, UKM dapat kembali menjadi pusat pengembangan diri mahasiswa dan melahirkan generasi yang aktif, kreatif, dan produktif.

BY: Laelatusyariffah