Gus Miftah Dikritik Setelah Sebut Penjual Es Teh dengan Kata-kata Menghina
Gus Miftah, seorang ulama yang dikenal luas melalui ceramah-ceramahnya, baru-baru ini menjadi sorotan setelah ucapannya yang dianggap menghina penjual es teh dalam sebuah acara. Insiden ini terjadi saat Gus Miftah tengah memberikan ceramah di hadapan publik. Dalam salah satu bagian ceramahnya, ia menyebut penjual es teh dengan kata-kata yang dianggap merendahkan, yang langsung memicu reaksi keras dari sejumlah pihak.
"Es tehmu jik okeh ra?
Masih, yo kono didol gob*** (Es teh kamu masih banyak atau tidak? Masih, ya
sana dijual gob***)," ucap Gus Miftah dari atas panggung. Sontak para
jemaah tertawa.
"Dol'en ndisik ngko lak rung payu, wis,
takdir (kamu jual dulu, nanti kalau belum laku, ya sudah, takdir),"
sambung Gus Miftah. Saat itu kamera menyorot ke sosok penjual es teh, pria
berpeci yang menjunjung kayu alas dagangannya di atas kepala.
Pernyataan Gus Miftah tersebut dengan cepat tersebar di media sosial dan mendapatkan banyak kecaman dari netizen. Banyak yang menganggap komentarnya tidak layak dikeluarkan oleh seorang tokoh agama yang seharusnya memberikan contoh teladan. Kritik juga datang dari beberapa tokoh masyarakat yang merasa bahwa profesi penjual es teh, yang merupakan pekerjaan sehari-hari banyak orang, tidak pantas dilecehkan.
Menanggapi hal tersebut, Gus Miftah segera mengeluarkan permintaan maaf melalui akun media sosialnya. Ia menjelaskan bahwa ucapan tersebut tidak dimaksudkan untuk menghina, melainkan hanya sebagai bentuk kritik yang disampaikan dengan cara yang kurang tepat. Gus Miftah juga menegaskan bahwa ia tidak bermaksud merendahkan profesi apapun, termasuk penjual es teh.
Namun, meski permintaan maaf telah disampaikan, insiden ini tetap menjadi perbincangan hangat. Banyak yang mengingatkan bahwa sebagai seorang ulama, Gus Miftah seharusnya lebih berhati-hati dalam menyampaikan kritik agar tidak menyinggung perasaan banyak pihak.
Hingga saat ini, kontroversi terkait pernyataan Gus Miftah tersebut masih terus dibahas di berbagai media sosial. Publik pun berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan, serta menjadi pelajaran bagi tokoh publik lainnya untuk lebih bijaksana dalam berbicara.
sumber:detik.com
by:dita alena sari